Senin, 26 Mei 2014

#Inspirasi 7 : Thomdean, Kembali Ke Hasrat Masa Kecil


Dari hobby menjadi pekerjaan. Dari pekerjaan menjadi prestasi. Setelah menjadi kartunis di salah satu media cetak kenamaan di negeri ini, pemilik nama Tommy Thomdean ini mantap keluar dari pekerjaannya dan mendirikan Joker Syndicate, sebuah perusahaan produsen kartun pertama di Indonesia.




Kecintaan putra pertama pasangan Thomas Tendean dan Sri Rahayu pada dunia kartun sudah dirasakannya sejak duduk di bangku TK Nol Kecil. Tommy kecil suka sekali mengamati film kartun yang ada di TV, dan mencoba menggambarnya. Bahkan banyak teman-temannya minta dibuatkan gambar tokoh kartun kesukaannya.

“Guru-guru sekolah juga pernah saya gambar, saya fotokopi dan bagi ke teman-teman,” kenang alumni SMU Negeri 1 Purbalingga yang menciptakan gambar maskot gajah imut Buletin Ganesha, majalah bulanan sekolah favorit itu.

Ketika ditanya dari siapa kemampuan menggambar ini diturunkan, pecinta soto kriyik ini mengaku tidak begitu yakin dari ayah atau ibunya. Yang dia tahu, sejak kecil, sehari tidak menggambar rasanya ada yang kurang. Tiada hari tanpa menggambar.

“Makanya tembok dan pintu di rumah dan kertas kosong selalu jadi korban corat coret saya,” ujar lelaki kelahiran 19 Juli 1980 ini seraya tertawa.

Meskipun hobby menggambar, Tommy kecil sempat bercita-cita menjadi jurnalis dan psikolog. Tapi, saat menerima honor pertama karena pemuatan kartunnya di koran, Tommy yang saat itu duduk di bangku kelas 2 SMU sempat terpikir menjadi kartunis.

“Cita-cita masa kecil macam-macam memang. Tapi akhirnya kembali ke impian dan hasrat masa kecil, yaitu menggambar,” tuturnya ringan.

Ketrampilan menggambar yang dipupuk sejak kecil ternyata banyak membantu kehidupannya di masa-masa sulit.
Seperti saat menempuh pendidikan di Teknik Arsitektur UGM, uang kuliah dari orang tuanya sempat macet. Tommy memanfaatkan ketrampilannya menggambar dengan mengirimkan karikaturnya di berbagai media massa.

“Saya sering 'ngamen' karikatur di mana-mana buat beli buku dan bayar biaya kuliah sehari-hari. Pernah juga menang lomba-lomba kartun, uangnya dipakai buat traktir teman-teman dan bayar buku-buku kuliah,” kenang pria berdarah Manado – Jawa  yang menghabiskan masa kecilnya di Desa Sidakangen Kecamatan Kalimanah.

Keikutsertaan Tommy dalam berbagai lomba kartun ternyata membuahkan hasil yang sangat manis. Selain memenangkan berbagai kompetisi bergengsi di dalam negeri, coretan kartun Tommy juga memenangkan penghargaan di tingkat Internasional, seperti di Syria (2006 dan 2007), Portugal (2007), Brazil (2007), Iran (2008), Korea (2009), dan Spanyol (2009).

Selain lomba, Tommy juga aktif mengikuti pameran baik di dalam maupun di luar negeri. Tercatat sepanjang sejarah hidupnya hingga kini, telah mengikuti pameran di luar negeri seperti di Italia (2006), Russia (2007), Belgia (2007), Portugal (2007 dan 2008), Korea (2007), Turkey (2007) dan Palestina (2008). Tak hanya itu, bersama timnya, Tommy juga menerbitkan buku – buku kartun seperti Kumpulan Kartun Juara Indonesian Damn Good! Cartoon dan Smiling Investor.

Setelah sempat menjadi konsultan perencana (arsitek) selama setahun di Banjarmasin, Tommy sempat bekerja sebagai kartunis di media cetak nasional ternama di Indonesia selama lima tahun. Di sinilah dia bertemu dengan Edna Caroline, pujaan hatinya yang tak lain salah seorang wartawan di media yang sama.

Tahun 2010, Tommy memilih keluar dari pekerjaan dan mendirikan Joker Syndicate bersama istri tercintanya. Sebuah keputusan yang luar biasa karena media cetak itu selama ini cukup membesarkan namanya di dunia kartun.

“Saya ingin mencoba media lain yang cakupannya lebih luas dan lebih bervariasi dan membuka kesempatan untuk kartunis-kartunis daerah untuk berkarya melalui joker syndicate,” ujarnya yang kini menjabat sebagai Art Director di Joker Syndicate.

Menurut kakak semata wayang dari Gita Yohana Thomdean ini, kartun adalah alternatif bahasa visual untuk berkomunikasi. Media massa terutama media cetak, kata dia, membutuhkan kartun untuk menyampaikan opini dan pesan positif yang berguna untuk masyarakat.

Sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di Purbalingga, Tommy mengaku ingin sekali melestarikan wisata kuliner asli dari Purbalingga. Tapi sampai saat ini, dia belum memiliki ide kontribusi apa yang akan dia lakukan untuk mewujudkan impiannya itu. Semoga sukses, Thom! (cie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar