Senin, 26 Mei 2014

#Inspirasi 14 : Tak Pernah membantah, Selalu Prioritaskan Suami


Demi menjadi istri yang baik bagi Heru Sudjatmoko, Sudarli mengaku hampir tak pernah membantah dan selalu mengutamakan kepentingan suami dibanding dirinya sendiri. Bagaimana kisahnya selama lebih dari 37 tahun mendampingi suami yang kini dipercaya menjadi Wakil Gubernur Jawa Tengah?


Menjelang pernikahannya tanggal 2 Juni 1976, Sudarli sudah membuktikan ketaatannnya sebagai calon istri yang baik dengan memilih mengundurkan diri sebagai pegawai honorer Pemda Purbalingga. Semua dilakukan agar lebih konsentrasi mengabdikan diri pada tambatan hatinya yang lulusan APDN dan sudah bekerja sebagai salah satu staf Bagian Pemerintahan Pemda Purbalingga.

Beberapa bulan setelah melangsungkan pernikahan di rumah orang tuanya di Jl Lawet Purbalingga Wetan, putri bungsu pasangan Martadiwirja dan Sutimah ini mengikuti sang suami yang mendapat tugas sebagai Mantri Polisi di Kecamatan Kejobong.

“Mantri Polisi saat itu gajinya sudah habis dalam 2 minggu. Alhamdulillah saya nggak pernah utang, karena orang tua dan mertua masih sanggup membantu, disamping saya sendiri membiasakan diri hidup sederhana dan tak banyak menuntut,” kenangnya.

Bagi Sudarli, kebahagiaannya saat itu bukan pada seberapa penghasilan suami yang diberikan padanya. Tapi bagaimana dia mampu menyiapkan segala keperluan suami sehingga suami berangkat kerja dengan senyum dan pulang kerjapun dengan suka cita.

“Sebelum bapak berangkat kerja, saya siapkan semua sarapan, pakaian dan segala perlengkapan kerja bapak. Saya memang senang melakukannya. Dan ternyata, kata bapak, sewaktu lajang, beliau juga berangan-angan ingin punya istri yang seperti itu. Gayung bersambut jadinya,” tuturnya sumringah.

Sebagai istri yang baik, Sudarli tidak pernah menghambat karir suami. Termasuk saat Heru mendapat tugas belajar di IIP dan harus meninggalkan Sudarli mengurus sendiri anak pertamanya yang masih bayi. Semua dilakukan perempuan kelahiran 24 Januari 1956 dengan perasaan ikhlas.

“Saat bapak masih tugas belajar di IIP, saya mengandung anak kedua. Karena penghasilan pas-pasan, saya harus berhemat dalam memenuhi kebutuhan dua anak saya,” ungkapnya.

Kesederhanaan dan kesahajaan Sudarli teruji, saat sang suami yang sempat menjadi Camat Bobotsari, Camat Purbalingga dan Kepala Bagian Kesra, berpindah tugas menjadi Kepala Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7). Tunjangan Kepala BP7 tak sebanyak camat dan Kabag Kesra. Padahal kebutuhan keluarganya semakin banyak.

“Akhirnya saya memberanikan diri membuat jajanan yaitu gethuk lindri yang saya titipkan ke pedagang jajan keliling. Alhamdulillah laris sekali. Sejak itulah, saya mulai menekuni bisnis kuliner,” jelasnya bangga.

Berbekal keberanian mencoba dan keinginan untuk terus belajar, bisnis catering Sudarli semakin cemerlang. Dia menyanggupi pesanan nasi kotak untuk rapat dan berbagai acara yang diselenggarakan Pemda Purbalingga.

“Kalau omzet saya sudah sampai 3 sampai 4 pesanan, saya sudah tenang. Karena dalam beberapa bulan kedepan, sudah punya tabungan,” kisahnya berapi-api.

Ketrampilannya memasak sudah diperolehnya sejak kecil, dengan memperhatikan ibunya saat memasak di dapur. Untuk keanekaragaman menu, didapatnya setelah aktif dalam berbagai kegiatan PKK dan Dharma Wanita.

“Selain menjadi ibu rumah tangga, saya juga aktif dalam organisasi PKK dan Dharma Wanita. Saya senang berorganisasi sejak menjadi sekretaris OSIS di SMEA dulu. Saya juga senang belajar banyak hal,” ungkap perempuan yang mengaku percaya diri meski tak sempat mengenyam pendidikan tinggi.

Kepiawaian Sudarli dalam mengelola keuangan rumah tangga memang luar biasa. Meskipun penghasilan suaminya sebagai pegawai negeri saat itu tergolong pas-pasan, Sudarli mahir dalam meningkatkan pendapatan keluarga dan berhemat. Tak heran jika rumah, kendaraan dan segala kebutuhan dibelinya tanpa pernah utang.

“Yang saya syukuri, saya nggak pernah utang. Alhamdulilah. Baru utang ya setelah menjadi istri wakil bupati kemarin, itu juga dengan pertimbangan untuk menggerakkan koperasi,” ujar nenek tiga anak dan dua cucu ini semangat.

Karena cerdas mengelola uang, Sudarlipun tak terlalu bingung ketika sang suami ingin terjun di dunia politik menjadi wakil bupati mendampingi Triyono Budi Sasongko, setelah tentram damai menjadi Sekda Kudus. Sudarli telah memiliki cukup tabungan untuk mendukung karir politik sang suami.

“Bapak itu cita-citanya tinggi. Beda dengan saya yang yah cukup begini saja. Tapi saya tetap dukung beliau meskipun resikonya nanti bisa nggak punya uang lagi kalau kalah,” tuturnya seraya tertawa ringan.

Ternyata karir politik Drs H Heru Sudjatmoko MSi tak berhenti sebagai wakil bupati. Selain terpilih menjadi bupati didampingi Sukento Ridho Marhaendrianto, kini Heru dipercaya mendampingi Ganjar Pranowo memimpin Jawa Tengah.

“Sejujurnya memang tidak mengira sama sekali Bapak akan terpilih di partai dan akhirnya menjadi Wakil Gubernur mendampingi Pak Ganjar. Saingannya bagus-bagus sekali, sungguh. Tapi saya mantapkan hati bapak biar tetap percaya diri. Kalau Allah berkehendak,  apapun nanti hasilnya itu yang terbaik,” jelasnya tenang.

Sudarli percaya, mendampingi suami dengan penuh keikhlasan, kesederhanaan, selalu taat tanpa membantah, dan memilih diam ketika berseteru, akan sangat bermanfaat tak hanya sebagi pendukung karir suami. Yang lebih penting, bagaimana menjadikan rumah tangga harmonis sebagai surga tempat kembali setelah bertempur dengan rutinitas yang melelahkan. Tentunya untuk meraih surga setelah kematian kelak. Subhanallah...(cie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar