Oleh: Estining Pamungkas*
Ancaman bagi kaum ibu, bukan lagi soal Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT), baik secara fisik, psikis maupun penelantaran
ekonomi. Juga bukan lagi tentang diskriminasi gender. Ada ancaman serius yang
diam-diam tanpa disadari dapat menghancurkan ibu dan keluarganya. Apakah itu?
Kaum perempuan, terutama para ibu, menjadi sasaran
empuk pengusaha media, terutama televisi. Hasil riset AGB Nielsen yang
dipublikasikan 31 Maret 2011, perempuan lebih banyak menonton televisi daripada
laki-laki. Para perempuan menonton televisi selama rata-rata 3 jam per hari.
Dan ibu rumah tangga (IRT) menempati rangking pertama pengkonsumsi televisi
terlama, yaitu 3 jam 47 menit per hari. [1]
Menurut penelitian George Gerbner dari Universitas
Pennsylvania – Amerika Serikat, kebiasaan menonton televisi berlama-lama memberikan
dampak yang relatif merugikan. Dalam Teori Kultivasi yang dirumuskannya, para
pecandu televisi (heavy viewer),
yaitu orang yang menonton televisi sekitar 4 jam perhari atau lebih, cenderung menganggap apa yang
ditontonnya sebagai sebuah realita.[2]
Padahal, sudah menjadi rahasia umum, realita yang
ditampilkan di media massa terutama televisi relatif jarang mengungkap realitas
objektif atau kebenaran mutlak. Seperti sinetron yang ditayangkan rutin di
televisi, semata-mata fiksi yang bahkan cenderung berlebihan (lebay) dan sangat
jauh dari realita sehari-hari.
Ini sangat berbahaya, jika yang ditonton seperti
pertengkaran, konflik rumah tangga, perselingkuhan, perceraian, hamil di luar
nikah dan sejenisnya. Karena seringnya menonton semacam itu, akan timbul di
benaknya seolah-olah hal semacam itu sebagai sesuatu yang biasa atau lumrah.
Inilah yang disebut realitas subjektif atau realita semu.
Seorang ibu menjadi permisif ketika anak-anaknya
bergaul dengan teman-teman yang kurang baik, karena tak ingin dikatakan ibu
yang kolot sebagaimana yang ditanamkan dalam sinetron-sinetron. Banyak ibu yang
mendorong anak-anaknya mengikuti ajang pencarian bakat karena terobsesi
memiliki kehidupan layaknya para selebritis.
Para ibu yang hobi menonton acara gossip atau
infotainment, cenderung senang bergunjing. Atau kadang menghabiskan waktu
membicarakan kehidupan para selebritis yang sama sekali tidak ada manfaatnya
dan jelas-jelas bukan urusannya.
Seorang ibu yang kecanduan menonton sinetron, akan
terikat dengan jadwal sinetron tersebut. Ada banyak ibu yang mengabaikan
anaknya yang sedang sibuk belajar untuk mempersiapkan menghadapi tes esok
harinya, sementara dia asik menonton sinetron kesayangannya. Tak sedikit ibu,
yang lebih memilih duduk manis di depan televisi daripada bersenda gurau dengan
suaminya demi tak tertinggal sinetron yang terlanjur diikutinya meski harus sampai larut malam.
Tak hanya itu, anak yang memiliki ibu hobi
menonton televisi, cenderung memiliki hobi yang sama. Anak yang terpapar
televisi setiap hari dalam waktu yang lama, relatif mengimitasi apa yang
dilihatnya. Dia akan menjadi anak yang agresif jika selalu menonton kekerasan yang
ada dalam film kartun kesukaannya. Dan yang sering dikeluhkan, anak cenderung
pasif dan malas membaca.
Pengaruh Iklan
Kecenderungan perempuan menonton televisi lebih
lama, ternyata dipahami penuh oleh para pengusaha. Tak heran jika sebagian
besar iklan televisi, terutama pada penayangan acara hiburan (sinetron, reality
show dan infotainment), lebih banyak ditujukan untuk kaum perempuan. Mulai dari
produk-produk perawatan dan kecantikan, produk rumah tangga hingga bumbu masak.
Jika tidak hati-hati, para perempuan, terutama ibu
rumah tangga, bisa terjebak perilaku konsumtif dengan membeli produk-produk
yang diiklankan di televisi setiap hari. Yang lebih berbahaya, jika pembelian
tidak sesuai dengan kebutuhan, terobsesi memiliki sesuatu seperti yang
ditayangkan di televisi, kecantikan instan yang dijanjikan iklan produk
kecantikan atau memaksakan keuangan di luar kemampuan.
Iklan televisi juga memiliki pengaruh dalam membentuk
arah pemikiran penontonnya. Sejak iklan pemutih gencar ditayangkan di televisi
dengan menampilkan model berkulit cerah merona, banyak orang beranggapan,
perempuan yang cantik yang berkulit cerah. Begitu pula dengan produk
pelangsing, dan sejenisnya.
Bahkan ada pula iklan yang menyesatkan. Misal
iklan racun nyamuk semprot yang aman, dengan menampilkan model iklan ibu yang
menyemprotkan racun nyamuk itu di depan anak-anak dan suaminya sementara seorang
anak menghirup wangi racun nyamuk tersebut. Padahal racun tetaplah racun yang
tentu saja tidak akan pernah aman. Sungguh berbahaya.
Menjadi Ibu Bijak
Lalu, apakah ibu tidak boleh menonton televisi?
Tentu saja boleh, asalkan tidak melebihi 2 jam per harinya. Menurut Gerbner,
mereka yang menonton televisi kurang dari 2 jam per hari termasuk low viewer, yang cenderung tak mudah
terpengaruh dengan tayangan yang ditontonnya.
Kedua, ibu harus memperhatikan
jam-jam menonton televisi. Jangan sampai hobi menonton televisi justru merusak quality time bersama keluarga. Usahakan
tidak terikat dengan tontonan tertentu yang mengharuskannya menonton tiap hari.
Apalagi pada jam belajar anak atau jam romantis bersama suami.
Ketiga, pilihlah tayangan yang
mencerdaskan. Yaitu tayangan yang memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
ibu. Bukan tayangan sampah seperti sinetron yang cenderung lebay, reality show dengan presenter yang suka mengolok-olok, atau
infotainment yang selalu mengusik kehidupan pribadi orang meskipun public figure sekalipun.
Keempat, perbanyak membaca buku
bermanfaat sehingga menyibukkan ibu dari tontonan televisi tak berguna. Akan lebih
baik lagi jika ibu menyisihkan waktu sibuknya untuk membuat karya yang
bermanfaat, seperti menulis, merajut dan sebagainya.
Jadilah ibu yang hangat dan
peyayang, dengan menjauhkan televisi dalam kehidupan Anda. Yakinlah, hidup Anda
akan lebih indah tanpa televisi. (*)
Penulis adalah PNS di Bagian Humas Setda Kabupaten Purbalingga, mantan
wartawan radio dan surat kabar lokal, tengah mengambil tugas belajar di Pasca
Sarjana Ilmu Komunikasi UNS Solo.
[2] Griffin, Em. 2012. A
Fisrt Look At Communication Theory. Eight Edition. New York. McGraw – Hill
(Tulisan
ini dimuat pada
http://satelitnews.co/berita-ibu-jangan-lamalama-di-depan-televisi.html
untuk memperingati Hari Ibu Tahun 2015, dengan sedikit editing tanpa
mengubah substansi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar