Pimpinan haruslah dihormati. Mungkin itulah filosofi warga Sidanegara hingga turun-temurun. Dan bhakti itu mereka wujudkan dalam bentuk : Sorogan!
Atmo Sudarno, Mantan Sekdes Sidanegara |
Bagi masyarakat Sidanegara, tradisi Sorogan tak
bisa dilepaspisahkan dari setiap acara hajatan. Siapapun warga yang akan mbarang gawe,
biasanya akan membuat makanan istimewa, berupa tumpeng kecil lengkap dengan lauk pauk dan berbagai jajan pasar yang biasanya diwadahi cepon, tenong atau rinjing. Ya bingkisan menggugah selera itu akan mereka kirimkan kepada kepala desa dan seluruh perangkatnya sebagai cangkingan dalam menghaturkan undangan hajatan atau uleman.
biasanya akan membuat makanan istimewa, berupa tumpeng kecil lengkap dengan lauk pauk dan berbagai jajan pasar yang biasanya diwadahi cepon, tenong atau rinjing. Ya bingkisan menggugah selera itu akan mereka kirimkan kepada kepala desa dan seluruh perangkatnya sebagai cangkingan dalam menghaturkan undangan hajatan atau uleman.
“Itu wujud penghormatan warga kepada pimpinannya. Ada
rasa bangga ketika sorogan itu kemudian dibalas kepala desa dan para
perangkatnya dengan menghadiri hajatan warga pengundang,” ujar Atmo Sudarno,
sesepuh Desa Sidanegara yang pernah menjabat sebagai carik (sekretaris desa)
selama lebih dari 30 tahun lamanya.
Atmo mengisahkan orang-orang terdahulu pernah
bercerita jika awal muasal budaya Sorogan masih berkaitan dengan tradisi Janggolan
di masa penjajahan Belanda. Konon, pada masa itu, setahun sekali setiap warga
akan melakukan angsun bulu peti atau
menyumbangkan upeti kepada lurah dan perangkatnya.
“Biasanya berupa hasil panen,” jelas Atmo yang
konon masih keturunan Lurah Kedua Sidanegara, Wirawijaya.
Sorogan yang berasal dari kata nyorog atau mengirim, menjadi bagian dari Janggolan. Namun sejak
jaman kemerdekaan, tradisi upeti atau janggolan secara otomatis hilang. Namun,
sorogan tetap berlanjut.
“Meski jaman sudah berubah, tapi tradisi Sorogan
tetap dilakukan,” tegasnya.
Di satu sisi, kades dan para perangkatnya akan merasa
bangga dan tersanjung ketika menerima sorogan. Tapi di era saat ini dimana tak
ada lagi upeti, bengkok yang ada tidak terlalu bisa diandalkan, sripilan juga tak dapat diharapkan,
menerima sorogan menjadi sebuah dilema tersendiri.
“Memang tak ada yang mewajibkan, tapi umumnya,
kepala desa dan para perangkat ini diharapkan dapat ‘menyumbang’ lebih banyak
di atas rata-rata masyarakat. Jadi kalau kades dan perangkatnya memiliki
masalah keuangan, ditambah sedang musim hajatan, sudah pasti pusing hahaha,”
ungkapnya seraya terkekeh.
Namun pantang bagi seorang kepala desa dan para
perangkatnya mengeluhkan tentang masalah keuangan hingga warga mengetahuinya.
Karena itu akan menurunkan wibawanya. Karena itu, kepala desa dan para
perangkatnya, harus memiliki sumber penghasilan lain yang halal dan tidak
mengganggu tugas mereka dalam melayani masyarakat desa.
“Ya harus berpikir bagaimana caranya. Itu sudah
konsekuensi seorang pemimpin di tengah-tengah masyarakat,” imbuhnya.
Dalam perkembangannya, sorogan tak selalu diwadahi cepon, rinjing atau
tenong. Dan isinya juga tidak harus berbentuk tumpeng kecil. Lauknya tak harus ingkung. Jajanannyapun tak harus jajan
pasar. Yang terpenting terdiri dari nasi berikut lauk pauk dan makanan kecilnya,
sesuai kemampuan pemilik hajatan. Namun seorang pimpinan baik itu kepala desa
maupun perangkatnya harus tetap menghadiri hajatan apapun yang terjadi. Jika
yang bersangkutan sakit atau mengalami sesuatu yang sangat tidak memungkinkan
untuk hadir, dia harus mewakilkan anggota keluarganya untuk menghadiri, minimal
istrinya.
“Kalau sampai ada kepala desa atau peraqangkatnya yang tidak hadir pada
hajatan termasuk juga kalau ada warga yang sakit kok tidak ditengok, wah warga
akan sangat kecewa. Makanya kalau tidak bisa, harus ada yang mewakili. Kalau
tidak bisa juga ya minimal ada pemberitahuan, dan nyumbang-nya tetap harus dikirimkan,” paparnya lagi.
Tradisi Sorogan juga berlaku di beberapa desa lainnya di Kecamatan
Kaligondang. Beberapa desa itu antara lain Pagerandong, Sidareja, Arenan,
sebagian kecil Brecek, Selakambang dan Cilapar. Nah, tertarik menerima sorogan?
Jadilah kepala desa atau perangkat di desa-desa itu. (Estining Pamungkas)
ika anda butuh bantuan nomor togel atau dana gaib dijamin sukses nama saya pak irwan murid MBAH BUDI HARTONO saya sendiri sudah membuktikan angka 4d nya SGP syukur alhamdulillah dapat kemenangan 570.juta saya sudah bisa bayar hutang dan sudah bisa buka usaha bagi anda yang punya permasalahan ekonomi atau terlilit hutang sudah lama belum lunas jangan putus asa lansung hubungi MBAH BUDI HARTONO di no 085-256-077-899 atau buka website MBAH silahkan KLIK DISINI NOMOR TOGEL DAN DANA GAIB
BalasHapus