Senin, 11 Januari 2016

Membuka Lembar Sejarah RS Trenggiling

Jauh sebelum bermetamorfosis menjadi RSUD dr Goetheng Taroenadibrata, satu-satunya rumah sakit di Purbalingga pada masa itu hanyalah Rumah Sakit Trenggiling. Yuk, kita simak sejarahnya!
dr Goeteng Taroenadibrata

Hari Sabtu, 24 Desember 1910 menjadi hari bersejarah di Purbalingga. Karena di hari itu, Rumah Sakit Trenggiling resmi didirikan Penjajah Belanda, yang diwakili oleh Dr BJ Esser dan Dr MW Stokum.
Sebenarnya rumah sakit ini bernama Rumah Sakit Zending atau biasa disebut “Sendeng”. Tapi karena lokasinya di Dusun Trenggiling Desa Kalikajar Kecamatan Kaligondang, rumah sakit ini lebih dikenal dengan sebutan Rumah Sakit Trenggiling.
Pembangunan rumah sakit ini dilakukan pada masa pemerintahan Raden Adipati Ario Dipokusumo VI G.S.O.O.N (1899 – 1925). Sebelumnya, rumah sakit menempati bekas pabrik indigo (pewarna kain alami) dan pengepakan gula.
Pada masa penjajahan Jepang, rumah sakit ini tetap beroperasi. Meskipun sebagian besar pengelolaan masih melibatkan dokter-dokter serta para suster dari Belanda. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, seluruh aset milik Belanda diambil alih Pemerintah RI, termasuk Rumah Sakit Trenggiling ini.
Pasca kemerdekaan, sempat terjadi Agresi Militer Kedua dimana para penjajah Belanda (Nederlandsch Indie Civil Administratie/ NICA) dengan membonceng sekutu ingin kembali menguasai Indonesia. Tak terkecuali para dokter Belanda yang kembali mengelola rumah sakit-rumah sakit yang pernah didirikannya, termasuk Rumah Sakit Trenggiling.
foto bersama perpisahan dr bernard Ahaart - RSUDS II PBG '59
Hingga hengkangnya para penjajah Belanda dari Bumi RI tahun 1949, para dokter Belanda masih bertahan di rumah sakit-rumah sakit Zending. Dokter Bernard Ahhart salah satu dokter Belanda yang bertahan di Rumah Sakit Trenggiling, hingga tahun 1959. Selanjutnya, hingga tahun 1960-an, Dokter Brahman juga cukup dikenal. Tak ada yang dapat memastikan, apakah Dokter Brahman inilah dokter Belanda terakhir yang bertahan.  
Selanjutnya, Rumah Sakit Trenggiling diambil alih penuh dan dikelola oleh Pemerintahan RI melalui Pemerintah Daerah Tingkat (DATI) II Kabupaten Purbalingga. Tahun 1979, Gubernur Jawa Tengah Soeparjo Roestam memerintahkan agar rumah sakit berpindah lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat kota. Soeparjo berpendapat jika lokasi masih bertahan di Trenggiling, jika jembatan Sungai Klawing di Bancar putus karena bencana alam, maka akses apapun akan sangat sulit.
Pada tahun 1981 mulai dibangun gedung RSUD Purbalingga yang berlokasi di Kelurahan Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga. Pada tahun 1983 RSUD Purbalingga ditetapkan sebagai rumah sakit tipe C dengan SK Menkes No. 223/Menkes/VI/1983. Pada 5 Mei 1986 secara resmi seluruh kegiatan RSUD Purbalingga pindah ke lokasi yang baru di Jl. Tentara Pelajar No. 22 Kelurahan Kembaran Kulon Kecamatan Purbalingga. Meski memiliki nama resmi RSUD Purbalingga, orang lebih memahaminya dengan nama Rumah Sakit Wirasana. Padahal lokasinya bukan di Wirasana.
RSUD Purbalingga atau yang dikenal dengan Rumah sakit Wirasana

Tahun 2010, bersamaan dengan peresmian gedung baru pada bulan Juni 2010, nama RSUD Purbalingga juga diganti menjadi RSUD dr Goetheng Taroenadibrata. Ini untuk mengenang bumiputera di Jaman Belanda yang tercatat sebagai dokter pertama dari Purbalingga. Berdasarkan silsilah, Dokter Goetheng masih keturunan Arsantaka.
RSUD dr Goeteng Taroenadibrata diresmikan 29 Juni 2010

Direktur Dari Masa ke Masa
Tak banyak literatur yang menjawab kilas sejarah RSUD Purbalingga pada masa zending Belanda. Informasi tentang perkembangan rumah sakit termasuk kepala rumah sakit (direktur) pada masa Belanda juga hanya diketahui dari cerita para perawat atau orang-orang yang hidup di zamannya.
Berikut adalah direktur-direktur yang pernah memimpin RSUD Purbalingga, sejak bernama RS Zending (Trenggiling) sampai menjadi RSUD Dr Goetheng Taroenadibrata:
1.      dr. Brahman (Belanda)
2.      dr. Han Tiong Bo (Tionghoa)
3.      dr. Soedarsono
4.      dr. Slamet Notohamidjojo
5.      dr. Soetjipto (-- 1979)
6.      dr. Siti Rohmah (1979 – 1986)
7.      dr. Istiyana, M.Sc (1986 – 1989)
8.      dr. Kadarman (1989 – 1998)
9.      dr. Nonot Mulyono, M.Kes (1998 – 2014)
10.    dr. Jusi Febrianto MPh (Plt Direktur 2014 – 2015)
11.    drg. Hanung Wikantono, MPPM (Plt. Direktur 2015- sekarang)

Nah, itu dia sekilas perjalanan sejarah Rumah Sakit Trenggiling menjadi RSUD Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. Semoga bermanfaat! (Estining Pamungkas)

Sumber:
1.        Salinan SK Menkes No. 223/Menkes/VI/1983
2.        Lulu D Budihardjo (cucu Dipokusumo IV (Bupati VI Purbalingga)
3.        dr. Nonot Mulyono, M.Kes (Direktur RSUD Goetheng T Periode 1998-2014)
4.        Arsip Sejarah Singkat RSUD Goetheng Taroenadibrata


(Tulisan ini disarikan dan penyempurnaan dari Buku Profil RSUD Goetheng Taroenadibrata karya Prayitno dan Estining Pamungkas, yang dibagikan gratis sebagai souvernir bagi para tamu undangan Peresmian RSUD Goetheng Taroenadibrata 29 Juni 2010 dan kembali dipublikasikan di Majalah Pemkab Purbalingga Derap Perwira Edisi 99 tahun 2014)

5 komentar:

  1. wah sangat bermanfaat, makasih atas tulisannya, membantu saya dalam menulis tugas sejarah! terimakasih

    BalasHapus
  2. Ka kalau mau lihat gambar asli foto yang masih RS Trenggiling, bisa lihat dimana ka?

    BalasHapus
  3. Mau lihat fotonya maksudnya, bisa lihat dimana ya kak?

    BalasHapus
  4. Kemarin nyari tempat rs zending ga nemu.di Google maps g ada

    BalasHapus