Jauh sebelum bermetamorfosis menjadi RSUD dr Goetheng Taroenadibrata, satu-satunya rumah sakit di Purbalingga pada masa itu hanyalah Rumah Sakit Trenggiling. Yuk, kita simak sejarahnya!
![]() |
dr Goeteng Taroenadibrata |
Hari Sabtu, 24 Desember 1910 menjadi hari
bersejarah di Purbalingga. Karena di hari itu, Rumah Sakit Trenggiling resmi
didirikan Penjajah Belanda, yang diwakili oleh Dr BJ Esser dan Dr MW Stokum.
Sebenarnya rumah sakit ini bernama Rumah
Sakit Zending atau biasa disebut “Sendeng”. Tapi karena lokasinya di Dusun
Trenggiling Desa Kalikajar Kecamatan Kaligondang, rumah sakit ini lebih dikenal
dengan sebutan Rumah Sakit Trenggiling.
Pembangunan rumah sakit ini dilakukan pada
masa pemerintahan Raden Adipati Ario Dipokusumo VI G.S.O.O.N (1899 – 1925). Sebelumnya, rumah
sakit menempati bekas pabrik indigo (pewarna kain alami) dan pengepakan gula.
Pada masa penjajahan Jepang, rumah sakit
ini tetap beroperasi. Meskipun sebagian besar pengelolaan masih melibatkan dokter-dokter
serta para suster dari Belanda. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, seluruh aset
milik Belanda diambil alih Pemerintah RI, termasuk Rumah Sakit Trenggiling ini.
Pasca kemerdekaan, sempat terjadi Agresi
Militer Kedua dimana para penjajah Belanda (Nederlandsch Indie Civil
Administratie/ NICA) dengan membonceng sekutu ingin kembali menguasai Indonesia.
Tak terkecuali para dokter Belanda yang kembali mengelola rumah sakit-rumah
sakit yang pernah didirikannya, termasuk Rumah Sakit Trenggiling.
![]() |
foto bersama perpisahan dr bernard Ahaart - RSUDS II PBG '59 |
Hingga hengkangnya para penjajah Belanda
dari Bumi RI tahun 1949, para dokter Belanda masih bertahan di rumah sakit-rumah
sakit Zending. Dokter Bernard Ahhart salah satu dokter Belanda yang bertahan di
Rumah Sakit Trenggiling, hingga tahun 1959. Selanjutnya, hingga tahun 1960-an,
Dokter Brahman juga cukup dikenal. Tak ada yang dapat memastikan, apakah Dokter
Brahman inilah dokter Belanda terakhir yang bertahan.
Selanjutnya, Rumah Sakit Trenggiling
diambil alih penuh dan dikelola oleh Pemerintahan RI melalui Pemerintah Daerah
Tingkat (DATI) II Kabupaten Purbalingga. Tahun 1979, Gubernur Jawa Tengah
Soeparjo Roestam memerintahkan agar rumah sakit berpindah lokasi yang tidak
terlalu jauh dari pusat kota. Soeparjo berpendapat jika lokasi masih bertahan
di Trenggiling, jika jembatan Sungai Klawing di Bancar putus karena bencana
alam, maka akses apapun akan sangat sulit.
Pada tahun 1981 mulai dibangun gedung RSUD
Purbalingga yang berlokasi di Kelurahan Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga.
Pada tahun 1983 RSUD Purbalingga ditetapkan sebagai rumah sakit tipe C dengan
SK Menkes No. 223/Menkes/VI/1983. Pada 5 Mei 1986 secara resmi seluruh kegiatan
RSUD Purbalingga pindah ke lokasi yang baru di Jl. Tentara
Pelajar No. 22 Kelurahan Kembaran Kulon Kecamatan Purbalingga. Meski memiliki nama resmi RSUD Purbalingga, orang lebih memahaminya
dengan nama Rumah Sakit Wirasana. Padahal lokasinya bukan di Wirasana.
![]() |
RSUD Purbalingga atau yang dikenal dengan Rumah sakit Wirasana |
Tahun 2010, bersamaan dengan peresmian gedung
baru pada bulan Juni 2010, nama RSUD Purbalingga juga diganti menjadi RSUD dr
Goetheng Taroenadibrata. Ini untuk mengenang bumiputera di Jaman Belanda yang
tercatat sebagai dokter pertama dari Purbalingga. Berdasarkan silsilah, Dokter
Goetheng masih keturunan Arsantaka.
![]() |
RSUD dr Goeteng Taroenadibrata diresmikan 29 Juni 2010 |
Direktur Dari Masa ke Masa
Tak banyak
literatur yang menjawab kilas sejarah RSUD Purbalingga pada masa zending
Belanda. Informasi tentang perkembangan rumah sakit termasuk kepala rumah sakit
(direktur) pada masa Belanda juga hanya diketahui dari cerita para perawat atau
orang-orang yang hidup di zamannya.
Berikut adalah
direktur-direktur yang pernah memimpin RSUD Purbalingga, sejak bernama RS
Zending (Trenggiling) sampai menjadi RSUD Dr Goetheng Taroenadibrata:
1. dr. Brahman (Belanda)
2. dr. Han Tiong Bo (Tionghoa)
3. dr. Soedarsono
4. dr. Slamet Notohamidjojo
5. dr. Soetjipto (-- 1979)
6. dr. Siti Rohmah (1979 – 1986)
7. dr. Istiyana, M.Sc (1986 – 1989)
8. dr. Kadarman (1989 – 1998)
9. dr. Nonot Mulyono, M.Kes (1998 – 2014)
10. dr. Jusi Febrianto MPh (Plt Direktur 2014 – 2015)
11. drg. Hanung Wikantono, MPPM (Plt. Direktur 2015- sekarang)
Nah,
itu dia sekilas perjalanan sejarah Rumah Sakit Trenggiling menjadi RSUD
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. Semoga bermanfaat! (Estining Pamungkas)
Sumber:
1.
Salinan
SK Menkes No. 223/Menkes/VI/1983
2.
Lulu D
Budihardjo (cucu Dipokusumo IV (Bupati VI Purbalingga)
3.
dr.
Nonot Mulyono, M.Kes (Direktur RSUD Goetheng T Periode 1998-2014)
4.
Arsip
Sejarah Singkat RSUD Goetheng Taroenadibrata
(Tulisan ini disarikan dan penyempurnaan dari Buku Profil
RSUD Goetheng Taroenadibrata karya Prayitno dan Estining Pamungkas, yang
dibagikan gratis sebagai souvernir bagi para tamu undangan Peresmian RSUD
Goetheng Taroenadibrata 29 Juni 2010 dan kembali dipublikasikan di Majalah Pemkab
Purbalingga Derap Perwira Edisi 99 tahun 2014)
wah sangat bermanfaat, makasih atas tulisannya, membantu saya dalam menulis tugas sejarah! terimakasih
BalasHapusTempat saya dilahirkan...
BalasHapusKa kalau mau lihat gambar asli foto yang masih RS Trenggiling, bisa lihat dimana ka?
BalasHapusMau lihat fotonya maksudnya, bisa lihat dimana ya kak?
BalasHapusKemarin nyari tempat rs zending ga nemu.di Google maps g ada
BalasHapus